Custom Search

Sunday 28 February 2010

DISEBALIK PERMAINAN INI..

.
Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada

murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya

ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada satu

permainan... Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan

kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah

"Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka katalah "Pemadam!"



Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian

mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat.

Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan.

Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Pemadam!", jika saya angkat

pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi, tentu

saja murid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk

mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi

kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti.



Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. "Murid-murid, begitulah kita

umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita

begitu jelas membezakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan

kepada kita dengan perbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang

haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar

bagi kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan

cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu akan terbiasa

dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu

tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan ketika.



"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, Zina

tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa

rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan

yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa,

materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain." "Semuanya

sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Paham?" Tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham cikgu..."



"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan.



"Cikgu ada Qur'an, cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang

anda berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya

mengambil Qur'an yang ada ditengah tanpa memijak karpet?"

Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain.



Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil

Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet . "Murid-murid,

begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. .. Musuh-musuh Islam tidak

akan memijak-mijak anda dengan terang-terang. ..Kerana tentu anda akan

menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam

dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda

perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sadar.



"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang

kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang

kuat.

Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn tapaknya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah

dihancurkan. ..."



"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan

menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan

anda.

Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga

meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan

mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini

semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang

dijalankan oleh musuh musuh kita... "

"Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak cikgu?" tanya

murid- murid. "Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang,

misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang

tidak lagi." "Begitulah Islam.. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak

akan sedar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak

terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar".



"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita

berdoa dahulu sebelum pulang..." Matahari bersinar terik takala

anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran

masing-masing di kepalanya...(Penulisan ini di copy and paste melalui email)

berfikirlah kita setiap perkara apa yang di lihat dengan mata,bukan melihatnya hanya mata tanpa berfikir...pemikiran kritis ialah suatu perlakuan, tabiat atau kebiasaan di mana seseorang itu secara teliti meneroka proses berfikir untuk menjernihkan lagi pemahaman tentang sesuatu perkara agar kita boleh membuat keputusan atau penghakiman yang lebih pintar, baik dan mantap.-chafee 2006, thinking critically, Houghton Mifflin company-

 

No comments: